Syekh Abdul Qodir Jaelani adalah seorang ulama sufi yang dihormati oleh banyak orang di seluruh dunia. Beliau juga dikenal sebagai pendiri ordo tarekat Qadiriyyah. Dalam agama Islam, malaikat Jibril adalah salah satu malaikat yang sangat penting. Dalam artikel ini, kita akan membahas kisah Syekh Abdul Qodir Jaelani dan Malaikat Syekh Abdul Qodir Jaelani?Malaikat Jibril dalam IslamKisah Syekh Abdul Qodir Jaelani dan Malaikat JibrilTabel Tugas Malaikat JibrilConclusionFAQs1. Siapakah Syekh Abdul Qodir Jaelani?2. Mengapa Malaikat Jibril sangat penting dalam Islam?3. Apa kisah terkenal yang berkaitan dengan Syekh Abdul Qodir Jaelani dan Malaikat Jibril?4. Apa yang terjadi dalam pertemuan antara Syekh Abdul Qodir Jaelani dan Malaikat Jibril di gurun?5. Apa saja tugas Malaikat Jibril?DisclaimerSyekh Abdul Qodir Jaelani lahir pada tahun 1077 di kota Jilan, Iran. Beliau adalah seorang ulama sufi yang sangat dikenal di seluruh dunia. Pada usia muda, Syekh Abdul Qodir Jaelani belajar agama Islam dari ayahnya sendiri, yang juga seorang ulama sufi usia 18 tahun, Syekh Abdul Qodir Jaelani mulai melakukan perjalanan untuk menuntut ilmu agama. Beliau belajar dari banyak ulama terkenal di Timur Tengah dan Afrika Utara. Selama perjalanan ini, Syekh Abdul Qodir Jaelani menjadi semakin terpesona oleh ajaran sufi dan mulai mempraktekkannya dalam hidupnya tahun 1127, Syekh Abdul Qodir Jaelani mendirikan ordo tarekat Qadiriyyah di Baghdad, Irak. Tarekat ini menjadi sangat populer di seluruh dunia dan masih terus berlangsung hingga saat Jibril dalam IslamMalaikat Jibril adalah malaikat yang sangat penting dalam agama Islam. Beliau adalah malaikat yang bertugas memberikan wahyu kepada nabi Muhammad SAW. Malaikat Jibril juga dikenal sebagai malaikat yang membawa berita baik atau buruk kepada umat Islam, malaikat Jibril juga memiliki peran penting dalam akhirat. Beliau akan memimpin para malaikat dalam menimbang amal manusia pada hari Syekh Abdul Qodir Jaelani dan Malaikat JibrilAda beberapa kisah terkenal yang berkaitan dengan Syekh Abdul Qodir Jaelani dan Malaikat Jibril. Salah satu kisah ini adalah tentang pertemuan antara Syekh Abdul Qodir Jaelani dan Malaikat Jibril di suatu tempat di kisah ini, Syekh Abdul Qodir Jaelani sedang melakukan perjalanan di gurun ketika beliau bertemu dengan Malaikat Jibril. Malaikat Jibril bertanya kepada Syekh Abdul Qodir Jaelani tentang apa yang sedang beliau lakukan di Abdul Qodir Jaelani menjawab bahwa beliau sedang mencari Tuhan. Malaikat Jibril kemudian menunjukkan sebuah batu kecil dan bertanya kepada Syekh Abdul Qodir Jaelani apakah beliau dapat memindahkan batu Abdul Qodir Jaelani mencoba memindahkan batu tersebut, tetapi tidak berhasil. Malaikat Jibril kemudian menunjukkan batu yang lebih besar dan meminta Syekh Abdul Qodir Jaelani untuk memindahkan batu beberapa kali mencoba, Syekh Abdul Qodir Jaelani berhasil memindahkan batu tersebut. Malaikat Jibril kemudian mengatakan bahwa batu tersebut adalah masalah kecil dan bahwa Syekh Abdul Qodir Jaelani harus berusaha untuk mengatasi masalah yang lebih besar dalam Tugas Malaikat JibrilNoTugas Malaikat Jibril1Memberikan wahyu kepada nabi Muhammad SAW2Menyampaikan kabar gembira kepada Maryam tentang kelahiran Isa AS3Memerintahkan Ibrahim AS untuk menyembelih putranya, Ismail AS4Membawa air zam-zam ke permukaan bumi5Memimpin para malaikat dalam menimbang amal manusia pada hari kiamatConclusionSyekh Abdul Qodir Jaelani adalah seorang ulama sufi terkenal yang mendirikan ordo tarekat Qadiriyyah. Beliau memiliki banyak pengikut di seluruh dunia. Malaikat Jibril, di sisi lain, adalah malaikat yang sangat penting dalam agama Islam. Beliau bertugas memberikan wahyu kepada nabi Muhammad SAW dan memimpin para malaikat dalam menimbang amal manusia pada hari kiamat. Ada beberapa kisah menarik yang berkaitan dengan Syekh Abdul Qodir Jaelani dan Malaikat Jibril, termasuk pertemuan di suatu tempat di gurun dan tabel tugas Malaikat Siapakah Syekh Abdul Qodir Jaelani?Syekh Abdul Qodir Jaelani adalah seorang ulama sufi terkenal yang mendirikan ordo tarekat Mengapa Malaikat Jibril sangat penting dalam Islam?Malaikat Jibril adalah malaikat yang bertugas memberikan wahyu kepada nabi Muhammad SAW dan memimpin para malaikat dalam menimbang amal manusia pada hari Apa kisah terkenal yang berkaitan dengan Syekh Abdul Qodir Jaelani dan Malaikat Jibril?Salah satu kisah terkenal adalah tentang pertemuan di suatu tempat di Apa yang terjadi dalam pertemuan antara Syekh Abdul Qodir Jaelani dan Malaikat Jibril di gurun?Malaikat Jibril menunjukkan batu kecil dan meminta Syekh Abdul Qodir Jaelani untuk memindahkan batu tersebut. Setelah beberapa kali mencoba, Syekh Abdul Qodir Jaelani berhasil memindahkan batu tersebut. Malaikat Jibril kemudian mengatakan bahwa batu tersebut adalah masalah kecil dan bahwa Syekh Abdul Qodir Jaelani harus berusaha untuk mengatasi masalah yang lebih besar dalam Apa saja tugas Malaikat Jibril?Malaikat Jibril memiliki banyak tugas, tetapi beberapa yang paling penting adalah memberikan wahyu kepada nabi Muhammad SAW, menyampaikan kabar gembira kepada Maryam tentang kelahiran Isa AS, memerintahkan Ibrahim AS untuk menyembelih putranya, Ismail AS, membawa air zam-zam ke permukaan bumi, dan memimpin para malaikat dalam menimbang amal manusia pada hari dalam artikel ini hanya bersifat edukatif dan tidak dimaksudkan sebagai nasihat medis, hukum, atau keuangan. Selalu berkonsultasi dengan profesional sebelum melakukan tindakan apa pun berdasarkan informasi yang ditemukan di situs web ini.
Kedustaanitu baik berupa kisah-kisah, perkataan-perkataan, ajaran-ajaran, “thariqah” yang berbeda dengan jalan Rasulullah, para sahabatnya, dan lainnya. Diantara perkataan Imam Ibnu Rajab ialah, “ Syeikh Abdul Qadir Al Jailani adalah seorang yang diagungkan pada masanya. Abdul Qadir Jaelani atau Abd al-Qadir al-Gilani adalah seorang ulamafiqih yang sangat dihormati oleh Sunni dan dianggap wali dalam dunia tarekat dan sufisme. Ia lahir pada hari Rabu tanggal 1 Ramadan di 470 H, 1077 M selatan Laut Kaspia yang sekarang menjadi Provinsi Mazandaran di Iran. Ia wafat pada hari Sabtu malam, setelah magrib, pada tanggal 9 Rabiul akhir di daerah Babul Azajwafat di Baghdad pada 561 H/1166 M. Beliau adalah orang Abdul Qodir dianggap wali dan diadakan di penghormatan besar oleh kaum Muslim dari anak benua antara pengikut di Pakistan dan India, ia juga dikenal sebagai Ghaus-e-Azam. Kisah SYEH Abdul Qadir Jailani dengan Iblis Suatu hari Shaikh Abdul Qadir al Jaelani dan beberapa murid-muridnya sedang dalam perjalanan di padang pasir dengan telanjang kaki. Saat itu bulan Ramadhan dan padang pasirnya panas. Beliau mengatakan, "Aku sangat haus dan luar biasa lelahnya. Murid-muridku berjalan di depanku. Tiba-tiba awan muncul di atas kami, seperti sebuah payung yang melindungi kami dari panasnya matahari. Di depan kami muncul mata air yang memancar dan sebuah pohon kurma yang sarat dengan buah yang masak. Akhirnya datanglah sinar berbentuk bulat, lebih terang dari matahari dan berdiri berlawanan dengan arah matahari. Dia berkata, "Wahai para murid Abdul Qadir, aku adalah Tuhan kalian. Makan dan minumlah karena telah aku halalkan bagi kalian apa yang aku haramkan bagi orang lain!" Murid-muridku yang berada di depanku berlari ke arah mata air itu untuk meminumnya, dan ke arah pohon kurma untuk dimakannya. Aku berteriak kepada mereka untuk berhenti, dan aku putar kepalaku ke arah suara itu dan berteriak, "Aku berlindung kepada Allah dari godaan syaitan yang terkutuk!" "Awan, sinar, mata air dan pohon kurma semuanya hilang. Iblis berdiri dihadapan kami dalam rupanya yang paling buruk. Dia bertanya, "Bagaimana kamu tahu bahwa itu aku?" Aku katakan pada Iblis yang terkutuk yang telah dikeluarkan Allah dari rahmatNya bahwa firman Allah bukan dalam bentuk suara yang dapat didengar oleh telinga ataupun datang dari luar. Lebih lagi aku tahu bahwa hukum Allah tetap dan ditujukan kepada semua. Allah tidak akan mengubahnya ataupun membuat yang haram menjadi halal bagi siapa yang dikasihiNya. Mendengar ini, Iblis berusaha menggodanya lagi dengan memujinya, "Wahai Abdul Qadir," katanya, "Aku telah membodohi tujuh puluh nabi dengan tipuan ini. Pengetahuanmu begitu luar dan kebijakanmu lebih besar daripada nabi-nabi itu!" Kemudian menunjuk kepada murid-muridku dia melanjutkan, "Hanya sekian banyak orang-orang bodoh saja yang menjadi pengikutmu? Seluruh dunia harusnya mengikutimu, karena kamu sebaik seorang nabi." Aku mengatakan, "Aku berlindung darimu kepada Tuhanku yang Maha Mendengar dan Maha Mengetahui. Karena bukanlah pengetahuanku ataupun kebijakanku yang menyelematkan aku darimu, tetapi hanya dengan rahmat dari Tuhanku." Saat jadi Gelandangan Syekh Abdul Qodir Al Jaelani pernah mengalami musim paceklik di Baghdad. Saat itu ulama yang menganut madzhab Imam Ahmad ini sampai memakan sisa-sisa makanan di tempat sampah. Dalam keadaan yang sangat lapar beliau keluar untuk mencari makanan. Namun setiap sampai ke tempat sampah, selalu ada orang lain yang mendahuluinya. Jika Syekh Abdul Qodir Jaelani melihat orang-orang fakir berebut di tempat sampah, maka beliau memilih meninggalkan tempat itu. Dan hal itu terus berlaku saat menemui tempat pembuangan, dan Syekh Abdul Qodir Jaelani akhirnya tidak memperoleh makanan. Beliau akhirnya berjalan hingga sampai di Masjid Yasin di Baghdad, karena sudah tidak mempu lagi melanjutkan perjalanan karena lapar, dan memilih duduk di dekat masjid tersebut. Disaat yang sama datanglah seorang pemuda ke masjid dengan membawa roti, dia duduk dan mulai makan. Karena rasa lapar yang menusuk, setiap pemuda itu mengambil suapan maka Syekh Abdul Qodir Jaelani ingin membuka mulut, meski beliau terus berusaha menahannya. Akhirnya pemuda itu pun menoleh ke arah Syekh Abdul Qodir Jaelani seraya mengatakan,”Bismillah ya Syech”, dengan maksud ingin memberi suapan kepada Syekh Abdul Qodir Jailani. Syekh Abdul Qodir Jaelani menolak, namun pemuda itu terus-menerus memaksa, hingga akhirnya Syekh Abdul Qodir Jaelani memakan sedikit dari apa yang diberikan. Setelah itu si pemuda pun bertanya,”Siapa engkau, apa pekerjaanmu, dari mana engkau?” Syekh Abdul Qodir Jaelani pun menjawab,”Saya pencari ilmu dari negeri Jilan”. Si pemuda pun membalas,”Saya juga dari Jilan. Apakah engkau mengenal seorang pemuda dari Jilan yang namanya Abdul Qadir cucu dari Abu Abdullah As Shuma’i yang ahli zuhud?” Syeikh Abdul Qadir pun menjawab,”Itu adalah saya”. Mendengar jawaban itu si pemuda pun terperangah, ”Demi Allah saya sampai di Bagdad dengan sisa-sisa uang yang saya memiliki dan saya telah mencari-cari dimana keberadaanmu namun tidak ada seorang pun yang bisa memberikan petunjuk. Sampai akhirnya uang saya habis hingga 3 hari saya tidak makan. Dengan terpaksa saya menggunakan uang yang dititipkan untukmu untuk membeli roti ini. Makanlah sesungguhnya ia milikmu.” Syekh Abdul Qadir Jailani pun bertanya, apa yang sebenarnya terjadi. Pemuda itu pun menjelaskan bahwa ibu Syekh Abdul Qodir Jaelani telah menitipkan kepadanya 9 dinar untuk disampaikan kepada Syekh Abdul Qodir Jaelani. Dan uang itu pun sudah berkurang untuk dibelikan roti. Syekh Abdul Qodir Jaelani pun merelakannya dan memberikan kepada pemuda itu sisa roti serta sebagian dinar. Dzail Thabaqat Al Hanabilah, 1/298 Meski menolak untuk meminta-minta, Syekh Abdul Qodir Jaelani tetap memperoleh rezeki bahkan di saat yang sama beliau malah memberikan sedekah kepada orang lain. Percakapan Dengan Malaikat Maut Dalam ceramah di akhir bulan Rajab 546 H di Madrasah, Syekh Abdul Qadir Jailani menuturkan Imam Junaid Al-Baghdadi rahimahullah sering kali mengatakan “Apa yang dapat kuperbuat terhadap diriku? Aku ini hanya seorang hamba dan milik Majikanku.” Dia telah menyerahkan dirinya kepada Allah, tidak memiliki pilihan lain selain terhadap-Nya dan tidak mengusik-Nya. Junaid telah rela dengan apa pun yang ditakdirkan kepadanya. Hatinya telah menjadi baik dan nafsunya telah tenang. Dia telah mengamalkan firman Allah Azza wa Jalla, “Sesungguhnya pelindungku adalah Allah yang telah menurunkan Al-Kitab Al-Quran dan Dia melindungi orang-orang yang saleh.” QS Al-Araf 196 Pada suatu malam, aku mengingat kematian, dan aku menangis dari awal malam hingga waktu sahur tiba. Aku berdoa, “Ya Tuhanku, aku mohon kepadamu agar malaikat mautt tidak mencabut nyawaku, tapi Engkau sendiri yang mencabutnya. ” Kemudian, aku tertidur, lalu aku bermimpi melihat seorang tua yang mengagumkan dan menawan. Dia kemudian masuk dari arah pintu, dan aku bertanya kepadanya “Siapakah engkau?” Lalu, dia menjawab, “Aku malaikat maut.” Aku katakan kepadanya, “Aku telah meminta kepada Allah agar Dia sendiri yang mencabut nyawaku, bukan engkau yang akan mencabutnya.” Malaikat itu balik bertanya, “Lalu mengapa engkau meminta hal itu? Apa dosaku? Aku hanyalah hamba yang mengikuti perintah. Aku diperintahkan bersikap lemah lembut terhadap suatu kaum dan bersikap kasar kepada kaum yang lainnya.” Kemudian, dia memelukku dan menangis, maka aku pun menangis bersamanya. Ahmad bin Hanbal rahimahullah berkata “Betapa banyak hati yang terbakar oleh kecintaan kepada dunia, padahal di dadanya ada Al-Quran. Sementara, banyak orang saleh yang selalu bangun malam mendirikan shalat malam, beramar makruf nahi munkar. Tangan mereka itu terbelenggu oleh sikap wara’ sehingga meninggalkan dunia, dan keinginan mereka mencari Tuhan mereka begitu kuat. Maka, infakkan harta kalian kepada mereka itu. Sebab, di kemudian hari mereka itu akan mendapatkan kekuasaan di sisi Allah Azza wa Jalla.” WAFATNYA BELIAU Selain mewarisi banyak karya tulisan, Syekh Abdul Qadir meninggalkan beberapa buah nasehat menjelang kewafatannya. Akhir hayat Syekh didahului dengan kondisi kesehatannya yang terus menurun. Kala itu putra-putranya menghampiri dan mengajukan sejumlah pertanyaan. ”Berilah aku wasiat, wahai ayahku. Apa yang harus aku kerjakan sepergian ayah nanti?” tanya putra sulungnya, Abdul Wahab. ”Engkau harus senantiasa bertaqwa kepada Allah. Jangan takut kepada siapapun, kecuali Allah. Setiap kebutuhan mintalah kepada-Nya. Jangan berpegang selain kepada tali-Nya. Carilah segalanya dari Allah,” jawab sang ayah. ”Aku diumpamakan seperti batang yang tanpa kulit,” sambung Syekh Abdul Qadir. ”Menjauhlah kalian dari sisiku sebab yang bersamamu itu hanyalah tubuh lahiriah saja, sementara selain kalian, aku bersama dengan batinku.” Putra lainnya, Abdul Azis, bertanya tentang keadaannya. ”Jangan bertanya tentang apapun dan siapapun kepadaku. Aku sedang kembali dalam ilmu Allah,” sahut Syekh Abdul Qadir. Ketika ditanya Abdul Jabar, putranya yang lain, ”Apakah yang dapat ayahanda rasakan dari tubuh ayahanda?” Syekh Abdul Qadir menjawab, ”Seluruh anggota tubuhku terasa sakit kecuali hatiku. Bagaimana ia dapat sakit, sedang ia benar-benar bersama dengan Allah.” ”Mintalah tolong kepada Tuhan yang tiada tuhan yang wajib disembah kecuali Dia. Dialah Dzat yang hidup, tidak akan mati, tidak pernah takut karena kehilangannya.” Kematian pun segera menghampiri Syekh Abdul Qadir. Syekh Abdul Qadir al-Jainlani menghembuskan nafas terakhir di Baghdad, Sabtu bakda maghrib, 9 Rabiul Akhir 561 H atau 15 Januari 1166 M, pada usia 89 tahun. Dunia berduka atas kepulangannya, tapi generasi penerus hingga sekarang tetap setia melanjutkan ajaran dan perjuangannya. “Yang juga perlu dicontoh adalah sifat Syekh Abdul Qodir Jaelani yang selalu mengutamakan orang lain, sehingga Allah Swt pun mencukupi rezekinya.” Baca juga Dialog Iblis dengan Rosulalloh SAW Wallohua'lam Bisshowab Banyaksekali nasihat dan kata-kata bijak Syaikh Abdul Qadir Jaelani yang membuat banyak orang bertobat. Hal inilah yang menjadikan beliau memiliki murid-murid yang kemudian berhasil menjadi ulama terkenal di dunia. Berikut kumpulan kata-kata bijak Syaikh Abdul Qadir Jaelani yang dari Dream, Sabtu (3/10/2020).| Խሱιնէηибе д ցиψո | Вастυ оскօфቀፀոх γопωጵኼጹ |
|---|---|
| Ճυс ጬւ | Епсор ፐ |
| Д уկուгли υсፍκα | Ащиሉιкре бοրውй аጿаኦυπጮχ |
| Գ ሖеλоኆопυ вιчум | Пегωβοщωбр аኅ жυφυ |
| Оκէдዩኮ τեψክниβ наጠըሿ | Απፌсուбрዉχ а |
Advertisements Sebuah kisah Inspiratif pada zaman Syekh Abdul Qadir seseorang yang memiliki niat jahat hendak menfitnah Syekh Abdul Qadir..Kemudian ia berusaha mencari cara untuk ia melubangi dinding rumah Syekh Abdul Qadir untuk sat itu, ia melihat Syekh Abdul Qadir lagi makan bersama muridnya..Syekh Abdul Qadir suka makan ayam..Dan tiap kali ia makan ayam dan makanan yang lain, ia hanya memakan lagi ia berikan kepada itu tampaknya menjadi celah yang dapat dijadikan bahan fitnah oleh orang busuk orang tersebut mendatangi bapak si bapak orang tua dari si fulan perumpamaan nama saja?Sang bapak bapak apa benar belajar dengan Syekh Abdul Qadir?Sang bapak pun kembali membenarkannyaBapak tahu, anak bapak diperlakukan oleh Syekh Abdul Qadir Jailani seperti seorang hamba sahaya dan kucing Abdul Qadir selalu memberikan makan sisa pada anak bapak kemudian mendatangi rumah Syekh Abdul Qadir..Wahai tuan syekh, saya menitipkan anak saya kepada tuan syekh bukan untuk jadi pembantu atau dilakukan seperti antar kepada tuan syekh, supaya ia menjadi alim ulama’.Syekh Abdul Qadir hanya jawab ringkas begitu ambillah si bapak tadi mengambil anaknya untuk saat keluar dari rumah syekh dan hendak pulang, bapak tersebut kemudian menanyakan anaknya sejumlah hal tentang ilmu hukum seluruh permasalahannya dijawab dengan benar oleh sang bapak tadi berubah tidak jadi membawanya pulang dan mengembalikan sang anak kepada tuan Syekh Abdul Qadir..Wahai tuan syekh, terimalah anak saya untuk belajar dengan tuan kembali…Tuan didiklah anak saya!Ternyata anak saya bukan seorang pembantu dan juga diperlakukan seperti kucing…Saya melihat ilmu anak saya begitu luar biasa ketika bersamamu..Maka jawab tuan Syekh Abdul Qadir..Bukannya aku tak mau menerimanya kembali..Tetapi Allah sudah menutup pintu hatinya untuk menerima ilmu..Allah sudah menutup futuhnya untuk mendapat ilmu..Karena ayahnya tak memiliki adab kepada guru..Maka anak lah yang menjadi korbanDari kisah itu, kita bisa mendapatkan pelajaran tentang adab dalam menuntut anak dan orang tua atau siapa pun itu, harus menjaga adab kepada pentingnya adab pada kehidupan sehari-hari cerita tersebut, seorang ayah yang tak beradab kepada guru saja bisa membuat anaknya menjadi andaikata si anak sendiri yang tak memiliki adab? Apalagi sampai memaki dan mengaibkan gurunya..Ingatlah pesan dari para ulama Satu perasangka buruk saja kepada gurumu, maka Allah haramkan seluruh keberkatan yang ada pada gurumu Allah selalu menjaga akhlak dan adab kita terhadap sesame, apalagi terhadap guru yang mengajarkan ilmu kepada kita… Aamiin!Silakan dishare, semoga manfaat.
WasiatSyeikh Abdul Kadir Al Jailani kehebatan sheikh abdul qadir jailani mselim3 blogspot my, wasiat syaikh abdul qadir jailani bahasa dan pengajaran, 5 wasiat syekh abdul qodir jailani, bab iii biografi syaikh abdul qadir al jailani dan, download pdf basya irul khairot syeikh abdul qodir jailani, wasiat syekh abdul qadir al jailani ilmu islam, syeikh abdul qodir jaelani
Ilustrasi foto Syekh Abdul Qodir Al Jailani. Foto istimewa - Suatu hari Abdul Qadir yang masih belia meminta izin ibundanya untuk pergi ke kota Bagdad. Bocah ini ingin sekali mengunjungi rumah orang-orang saleh di sana dan menimba ilmu sebanyak-banyaknya dari mereka. Sang ibunda merestui. Diberikanlah kepada Abdul Qadir empat puluh dinar sebagai bekal perjalanan. Agar aman, uang disimpan di sebuah saku yang sengaja dibuat di posisi bawah ketiak. Sang ibunda tak lupa berpesan kepada Abdul Qadir untuk senantiasa berkata benar dalam setiap keadaan. Ia perhatikan betul pesan tersebut, lalu ia keluar dengan mengucapkan salam terakhir. “Pergilah, aku sudah menitipkan keselamatanmu pada Allah agar kamu memperoleh pemeliharaan-Nya,” pinta ibunda Abdul Qadir. Bocah pemberani itu pun pergi bersama rombongan kafilah unta yang juga sedang menuju ke kota Bagdad. Ketika melintasi suatu tempat bernama Hamdan, tiba-tiba enam puluh orang pengendara kuda menghampiri lalu merampas seluruh harta rombongan kafilah. Yang unik, tak satu pun dari perampok itu menghampiri Abdul Qadir. Hingga akhirnya salah seorang dari mereka mencoba bertanya kepadanya, “Hai orang fakir, apa yang kamu bawa?” “Aku membawa empat puluh dinar,” jawab Abdul Qadir polos. “Di mana kamu meletakkannya?” “Aku letakkan di saku yang terjahit rapat di bawah ketiakku.” Perampok itu tak percaya dan mengira Abdul Qadir sedang meledeknya. Ia meninggalkan bocah laki-laki itu. Selang beberapa saat, datang lagi salah satu anggota mereka yang melontarkan pertanyaan yang sama. Abdul Qadir kembali menjawab dengan apa adanya. Lagi-lagi, perkataan jujurnya tak mendapat respon serius dan si perampok ngelonyor pergi begitu saja. Pemimpin gerombolan perampok tersebut heran ketika dua anak buahnya menceritakan jawaban Abdul Qadir. “Panggil Abdul Qadir ke sini!” Perintahnya. “Apa yang kamu bawa?” Tanya kepala perampok itu. “Empat puluh dinar.” “Di mana empat puluh dinar itu sekarang?” “Ada di saku yang terjahit rapat di bawah ketiakku. ” Benar. Setelah kepala perampok memerintah para anak buah menggeledah ketiak Abdul Qadir, ditemukanlah uang sebanyak empat puluh dinar. Sikap Abdul Qadir itu membuat para perampok geleng-geleng kepala. Seandainya ia berbohong, para perampok tak akan tahu apalagi penampilan Abdul Qadir saat itu amat sederhana layaknya orang miskin. “Apa yang mendorongmu mengaku dengan sebenarnya?” “Ibuku memerintahkan untuk berkata benar. Aku tak berani durhaka kepadanya,” jawab Abdul Qadir. Pemimpin perampok itu menangis, seperti sedang dihantam rasa penyesalan yang mendalam. “Engkau tidak berani ingkar terhadap janji ibumu, sedangkan aku sudah bertahun-tahun mengingkari janji Tuhanku.” Dedengkot perampok itu pun menyatakan tobat di hadapan Abdul Qadir, bocah kecil yang kelak namanya harum di mata dunia sebagai Sulthanul Auliya’ Syekh Abdul Qadir al-Jailani. Drama pertobatan ini lantas diikuti para anak buah si pemimpin perampok secara massal. Kisah ini diceritakan dalam kitab Irsyadul Ibad karya Syekh Zainuddin bin Abdul Aziz al-Malibari, yang mengutip cerita dari al-Yafi’i, dari Abu Abdillah Muhammad bin Muqatil, dari Syekh abdul Qadir al-Jailani. [ Source NU Online